Tuesday, December 13, 2005

Cerber: Psikopat dan Perpustakaan (5)

PSYCHOPATH AND LIBRARY (5)
By: Yunita Ramadhana

"Pelakunya Sammy kan?"tanya Soni.
"Belum tentu sih,"jawabku. "An, tadi omonganmu belum selesai. Setelah malam itu kenapa?"
"Heh? Gak apa-apa koq. Aku pulang duluan ya Joe, kan dah ada yang ngantarin,"sahutnya sambil melirik ke Soni.
"Gak bareng aja?"
"Gak, aku bawa mobil koq."
"An, antingmu keren amat, trend anak gaul ya?"
"Ya nih, jadi malu. Biar gak kalah ama anak-anak ibukota,"ujar Anti dengan wajah bersemu merah. "Ok, aku duluan ya, dag..."
Anti melangkah ke arah parkiran mobil dan Soni terus menatap ke arah Anti tajam tanpa kedip.


"Kenapa? Naksir ya?"tanyaku.
"Cantik juga, bolehlah."
"Dasar cowok, gak bisa lihat yang bening dikit. Kalau emang naksir, ntar aku sampein salamnya."
"Boleh...boleh..."
"Huh, dasar!"
Aku dan Soni masuk ke dalam mobil. Mobil melaju dengan kecepatan sedang menerobos gelap dan dinginnya malam ditemani dengan cahaya bintang dan bulan. Akhirnya kami tiba di rumahku. Soni kuajak mampir, tapi dia menolak karena harus jemput mamanya ke Mall dekat kampus.

Selasa, 18 September 2003...
Pagi ini kampus kelihatan sunyi, tidak seperti biasanya. Kulihat keramaian di papan pengumuman fakultas Sastra. Ada apa ya?pikirku. Ku percepat langkahku menuju papan pengumuman. Ya Tuhan...Anti? Gak mungkin, semalam dia masih sehat-sehat aja. Di papan tercantum bahwa Anti ditemukan meninggal di kamarnya dengan luka tusukan di perut. Di dekat mayatnya ditemukan kertas dengan tulisan "ANTING...S..." tulisan terputus setelah huruf 'S'. Anti tidak sempat menuliskan pelakunya. Aku berasumsi kalau huruf 'S' adalah inisial pelakunya. Kutinggalkan papan pengumuman, sambil terus memikirkan siapa pelakunya. Apa mungkin? Sammy? Aku kembali teringat peristiwa kemarin malam dimana kulihat Sammy terus memperhatikan anting Anti. Ya ampun...gak salah lagi. Tapi mana buktinya?Di surat tersebut tertulis huruf 'S' dan itu belumtentu nama pelakunya. Tapi kalau Sammy pelakunya kenapa gak di perpus? Bukankah selama ini selalu di perpus? Trus Anti kan bukan anak baru? Lantas luka tusukan itu? Apa karena dia juga asli Surabaya? Berbagai pertanyaan berkecamuk di kepalaku, Siapakah dia? Kepalaku langsung berdenyut memikirkannya. Apa mungkin karena Anti tahu sesuatu yang belum sempat dikatakan padaku. Aku teringat perkataan Anti kemarin malam, "Setelah malam itu..." . Pasti, pasti karena Anti tahu sesuatu.
"Joe,"terdengar suara Soni memanggilku.
"Soni,"jawabku seadanya.
"Kamu dah dengar kabar belum Joe soal Anti?"
"Udah. Anti yang malang, padahal kamu kan..." aku menghentikan perkataanku sambil melihat ke arah Soni yang tertunduk lemas.
"Gak apa-apa lah, mungkin memang sudah nasibku.
"Jangan sedih, masih banyak yang lain koq," jawabku berusaha menghibur Soni, padahal jauh di dalam hatiku aku amat sedih kehilangan sahabat sebaik Anti.
"Thanks Joe," jawab Soni sambil tersenyum terpaksa.
Sementara di kejauhan sana terlihat sosok pria tinggi bertopi sedang menatap tajam ke arah Joe.

Selasa, 25 September 2003...
Satu minggu telah berlalu semenjak kematian Anti. Polisi juga belum bisa menemukan siapa pelakunya, benar-benar seorang psikopat. Aku tetap berasumsi bahwa pelakunya adalah Sammy, karena sudah satu minggu ini dia gak kelihatan. Soni juga dah satu minggu gak masuk kelas, mungkin dia masih shock, lagipula dia juga harus ke luar kota menghadiri acara pernikahan sepupunya. Hari-hariku pun terasa sepi. Sambil mengusir sepi, kuisi hari-hariku dengan membaca buku di perpus, lagian Sammy juga gak kelihatan, jadi tidak ada yang perlu di takutkan.
Hari ini sudah hampir jam 6 sore, tanpa sadar aku telah berada di perpus selama 3 jam karena dosen yang seharusnya masuk berhalangan hadir. Wah! sudah jam 6, aku harus pulang. Tapi aah...tanggung! ringkasanku tinggal sedikit lagi, klu bisa sekarang harus selesai, pikirku dalam hati. Satu jam telah berlalu, masih ada satu buku lagi yang harus kuringkas, ya sudahlah dipinjam saja, sudah jam 7! di luar mulai semakin gelap. Aku melangkah ke meja bu Santi dan menyerahkan kartu beserta buku yang akan kupinjam. Aku melihat ke sekeliling ruangan, hanya tinggal 5 orang. Mataku terhenti pada satu meja di sudut ruangan, kulihat sosok yang amat kukenal, kubuka mataku lebar-lebar...ya Tuhan! I...i...i...itukan Sammy! Di...di...dia...sudah datang! Gimana nih? Kucoba tenangkan diri. Tenanglah Joe, kamu kan dah mau pulang, pikirku dalam hati.
"Joe! Kamu lihat apa, koq serius amat? Dari tadi saya panggil-panggil gak jawab," perkataan bu Santi memecah lamunanku.
"Eh ya...gak lihat apa-apa koq. Ada apa bu?"
"Gak, saya mau tanya hari ini tanggal berapa ya?"
"Oh, tanggal 25 September,"jawabku.
What? Tanggal 25 September! Tiba-tiba aku tersadar. Tanggal 25 September? Itu kan...itu kan...tanggal dimana setiap pembunuhan terjadi. Ya Tuhan...tolonglah hambamu ini, selamatkan nyawa hamba, jangan sampai hamba menjadi korban berikutnya, doaku dalam hati.
"Joe, nih bukunya, minggu depan harus sudah dikembalikan," lagi-lagi omongan bu Santi memecah lamunanku.
"Eh...eh...iya bu. Saya pulang dulu bu."
"Hati-hati ya..." Kulihat bu Santi menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum. Kulangkahkan kaki secepat mungkin. Oh Tuhan...andai aku punya sayap aku akan terbang agar cepat tiba di rumah, gerutuku. Kupercepat langkahku tanpa memperhatikan kanan-kiri, dan tiba-tiba... Buk!!!
"Soni?" seruku kaget. Rupanya yang kutabrak tadi adalah Soni. "Koq...koq...kamu ada di sini?" tanyaku terbata-bata. "Ka...ka...kapan pulangnya?"
"Aku pulang tadi jam 5 sore. Aku telp ke rumahmu, katanya kamu belum pulang, jadi aku langsung kesini aja karena kupikir kamu pasti di perpus. Kamu kenapa? Koq pucat?"
"A...a...a...ada Sam...Sammy di perpus," kulihat ke belakang, Sammy sudah keluar dari perpus. "Dia sudah keluar, ayo cepat jalan!" perintahku.
"Tenang Joe, kan ada aku."
Aku gak perduli dengan apa yang Soni katakan, pikiranku sudah dipenuhi dengan ketakutan. Kutarik tangannya dan cepat berjalan ke arah parkiran mobil. Kulihat dari sudut mataku Sammy terus mengikuti kami dan langkahnya pun semakin cepat. Syukurlah, akhirnya kami sampai ke parkiran mobil. Aku dan Soni segera masuk ke dalam mobil. Hari sudah bertambah gelap dan tiupan angin menambah ketakutanku yang sudah dari tadi berkecamuk didiriku. Kulihat Sammy berdiri terpaku melihat aku dan Soni sudah di dalam mobil. Rasain! Kali ini loe gagal! pikirku. Got you!

Keesokan harinya, 26 September 2003...
Suasana kampus lengang. Tidak ada mahasiswa yang terlihat duduk-duduk di taman kampus. Dari jauh terlihat keramaian di fakultas Sastra, tepatnya di depan papan pengumuman. Setiap orang yang telah melihat pengumuman itu berkata: Joe yang malang... Kasihan ya Joe, padahal dia anak baik-baik dan pintar... How poor you are, Joe... Di papan pengumuman tertulis:
Seorang mahasiswi bernama Joe Anggraini (Joe), mahasiswi semester III, ditemukan tewas di depan pintu perpus kampus, dengan luka 10 tusukan di sekitar dada dan perut.
Polisi pun kembali meramaikan suasana kampus untuk memeriksa TKP sambil menanyai bu Santi sama halnya seperti 3 tahun yang lalu. Hani, sahabat Joe terlihat sedih dengan kematian Joe dan tak henti-hentinya menangis.

Sementara itu, di salah satu ruangan kosong di fakultas Sastra, terlihat dua sosok pria; yang satu mengenakan topi sesuai dengan kebiasaannya, dan yang satunya lagi berpostur tinggi, atletis dan berwajah tampan. Pria bertopi terlihat ketakutan terduduk di pojok ruangan dengan ekspresi wajah penuh penyesalan, sementara pria yang satunya lagi menatap tajam ke arah si pria bertopi seolah-olah akan memakannya hidup-hidup.

***SEKIAN***

JMI-New Delhi, INDIA
Senin, 21 Nopember 2005

PERTANYAAN: Siapa pembunuhnya? Tebak dan berikan alasannya!



Scholarship Blog International Scholarships

 

3 Comments:

At 10:15 PM, Anonymous Anonymous said...

assalamu'alaikum.
Lam kenal......Cerbernya bagus lho, tp kayaknya lebih bagus lagi kalau ending ceritanya bukan teka-teki, kl diceritain detail pembunuhannya kan jadi lebih dramatis gitu lho!!!???

 
At 10:17 PM, Anonymous Anonymous said...

kapan diterusin resensi ayat2 cintanya.............pokoknya ditunggu.........

 
At 10:13 AM, Anonymous Anonymous said...

aq jga mo ngomen nihh.. boleh gg..? hehehe..
keanya si Soni dcurigakan sbg psikopatnya lhooo.. alny kan joe t dah plg m dy.. trz mnkin ajja dy yg bunuh.. hahahaha.. (konyolny dirikuuu..)
thnQ..

 

Post a Comment

<< Home


:: F R I E N D S ::
|| Purwarno Hadinata || Rozio || A. Fatih Syuhud || Rizqon Khamami || A Qisai || Lukman Nul Hakim|| Zamhasari Jamil|| Rini Ekayati|| Najlah Naqiyah || Zulfitri || Fadlan Achdan|| Tylla Subijantoro|| Mukhlis Zamzami|| Edward Ott|| Thinley|| Ahmed|| Dudi Aligarh|| Irwansyah Yahya|| Ikhsan Aligarh|| Zulfikar Karimuddin || Zamhasari || Pan Mohamad Faiz || Bayu || Asnadi Hasan || Umi Kalsum || Erdenesuvd Biraa || Andi Bagus || Madha Yudis || Belum mandi || Koeaing || Hamzar || Rosa || Ghifarie || Kawas || Wazeen || Swara Muslim || Forum Swara Muslim ||

Yunita Ramadhana Blog   Scholarship Blog

Yunita Ramadhana Blog   The World of English Literature


    Subscribe in NewsGator Online   Subscribe in Rojo   Add Goresan Pena Yunita to Newsburst from CNET News.com   Add to Google     Subscribe in Bloglines   Add Goresan Pena Yunita to ODEO   Subscribe in podnova     Subscribe in a reader   Add to My AOL   Subscribe in FeedLounge   Add to netvibes   Subscribe 

in Bloglines   Add to The Free Dictionary   Add to Bitty Browser   Add to Plusmo   Subscribe in 

NewsAlloy   Add to Excite 

MIX   Add to Pageflakes   Add to netomat Hub   Subscribe to Goresan Pena Yunita   Powered by FeedBurner   I 

heart FeedBurner


eXTReMe Tracker